iklan

Cara Mudah Mendapatkan Uang Di Clixsense

Jumat, 12 Oktober 2012

SISTEM KEMUDI



Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengendalikan arah gerak kendaraan, sesuai dengan keinginan pengemudi. Pengendalian arah gerak ini dilakukan oleh pengemudi, dengan jalan memutarkan atau mengubah roda kemudi sesuai dengan arah yang dikehendaki. Berikut merupakan gambaran umum tentang sistem kemudi.
 Pada dasarnya perancangan sistem kemudi dilakukan untuk memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan arah kendaraan dengan tepat dan tenaga seminimal mungkin. Bila roda kemudi diputar, batang kemudi akan meneruskan tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen yang lebih besar untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage. Tipe sistem kemudi yang digunakan tergantung dari model mobil (sistem pemindah daya dan suspensinya, apakah mobil penumpang atau komersil dan seterusnya). Ada beberapa model dari steering gear box, diantaranya :
a.       Model worm dan sector roller
Worm gear berkaitan dengan sector roller di bagian tengahnya. Gesekanya dapat merubah sentuhan antara gigi dengan gigi menjadi sentuhan menggelinding.
b.      Model rack and pinion
Gerakan putar pinion dirubah langsung oleh rack menjadi gerakan mendatar. Model rack and pinion mempunyai konstruksi sederhana, sudut belok yang tajam dan ringan, tetapi goncangan yang diterima dari permukaan jalan mudah diteruskan ke roda kemudi. Tipe yang digunakan oleh mobil suzuki carry 1000 cc adalah tipe recirculating ball. Sepeti yang ditunjukan pada gambar berikut.
c.       Model worm dan sector
Pada model ini worm dan sector berkaitan secara langsung.
d.      Model screw pin
Pin yang berbentuk tirus bergerak sepanjang worm gear.
e.       Model screw dan nut
Di bagian bawah main shaft terdapat ulir dan sebuah nut terpasang padanya. Pada nutnya terdapat bagian yang menonjol dan dipasangkan tuas yang
terpasang pada rumahnya.

1.       Pengertian Power Steering
Power steering adalah sebuah sistem hidrolik (servo hidrolik) yang berfungsi untuk memperingan tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan kemudi terutama pada kecepatan rendah dan menyesuaikannya pada kecepatan menengah serta tinggi. Pada kecepatan rendah gaya gesek ban dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban tekanan rendah dengan telapak ban yang lebar.
Power steering ada dua tipe, yaitu tipe integral dan tipe rack and pinion. Tipe integral kebanyakan untuk steering gear tipe recirculating ball. Dinamakan integral karena power piston dan gear haousing jadi satu kesatuan, sedangkan pada rack and pinion power silinder dan gear housing terpisah.
Pada perkembangan dewasa ini telah muncul electronic power steering (EPS) atau juga dikenal istilah controled by wire. Electronic Power Steering adalah power steering yang kerjanya dibantu atau bahkan diambil alih oleh suatu unit elektronik/ komputer yang biasanya disebut ECU.

2.       Komponen-Komponen Power Steering
Modul ini hanya akan menjelaskan tentang power steering hidrolik saja. Power steering hidrolik terdiri dari 3 komponen utama, yaitu : pompa, control valve dan power cylinder.
1)       Pompa Power Steering
Pompa berfungsi untuk membangkitkan tekanan hidrolik yang diperlukan untuk tekanan kerja. Tipe pompa banyak sekali, antara lain : pompa torak, membran, plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane, screw dan lain-lain. Tekanan yang diperlukan merupakan tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe pompa yang digunakan adalah tipe Vane atau Rofda Gigi. Pompa menghasilkan tekanan dengan memanfaatkan putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow control valve, sehingga selalu konstant. Pada kenyataannya, karena tahanan pengemudian pada kecepatan tinggi berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus dikurangi, supaya stabilitas pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm sensing dan power steering yang mempunyai flow control valve dengan built-in control spool, jumlah aliran minyak akan diatur sesuai dengan kecepatan kendaraan.

Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control spool adalah sebagai berikut :
a)       Pada Putaran Rendah

Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa akan dialirkan ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y (saluran ke control spool). Aliran yang melewati saluran x sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1 diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output pompa dan dialirkan ke sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung putaran mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1 dan P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas ”A”, maka flow control valve akan bergerak kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan pompa sehingga jumlah aliran pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah aliran minyak dikontrol pada ± 6.6 ltr/ min.

b)       Pada Putaran Menengah

Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa (P1) yang bekerja pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang mampu mengalahkan tekanan pegas ”B”, sehingga control spool valve tergerakkan ke kanan. Dengan bergesernya control spool valve maka besarnya lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan out-put pompa dan tekanan P2 berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin bergeser ke kiri.
Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke kanan dan memperkecil orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui orifice.


c)       Pada Putaran Tinggi

Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum terdorong ke kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini out-put pompa dan P2 hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.

2)       Control Valve
Pengatur arah aliran fluida bertekanan ke power silinder adalah control valve. Poros control valve dipasang pada steering shaft. Jika steering shaft pada posisi normal, control valve juga pada posisi normal sehingga fluida langsung kembali ke recervoir.
Jika steering shaft berputar maka control valve berputar dan mengatur arah aliran fluida dari pompa ke power silinder sisi belok dan mengatur arah fluida pada power silinder sisi satunya berhubungan dengan recervoir. Begitu proses puntiran saat belok selesai maka kerja control
valve juga selesai. Dengan kata lain, kerjanya control valve hanya sesaat saja.
Control valve ada 3 (tiga) jenis yaitu : spool valve, rotary valve dan flapper valve. Semua jenis control valve bekerja berdasarkan puntiran belok yang terjadi. Pemantauan puntiran belok dilakukan oleh batang besi yang dinamakan torsion bar. Control valve kerjanya tergantung dari besarnya puntiran torsion bar. Pada saat tidak ada tekanan fluida, jika torsion bar berputar sampai derajat tertentu maka akan menyentuh valve shaft stopper dan akan langsung memutar pinion shaft dan menggerakkan rack, sehingga jika sistem power steering gagal bekerja, kemudi secara manual masih bekerja dengan sempurna.

3.       Cara Kerja Power Steering

Cara kerja yang akan dijelaskan dalam modul ini adalah control valve tipe rotary, karena merupakan tipe yang banyak digunakan pada kendaraan. Pengaturan aliran minyak diatur oleh pergerakan control valve shaft dan rotary valve. Apabila posisi lurus, orifice x dan orifice y maupun orifice x’ dan orifice y’ pada bukaan yang sama sehingga tekanan pada sisi power silinder sama, minyak mengalir kembali ke recervoir.
Pengaturan aliran minyak pada posisi belok kanan, tekanan dibatasi oleh orifice x dan orifice y sehingga minyak dari pompa melalui orifice x’ masuk ke power silinder sisi kanan dan membantu mendorong piston bergerak ke kiri. Sedangkan minyak dari power silinder sisi kiri masuk ke recervoir melalui orifice y’.
Pengaturan aliran minyak pada posisi belok kiri, tekanan dibatasi oleh orifice x’ dan orifice y’ sehingga minyak dari pompa melalui orifice y masuk ke power silinder sisi kiri dan membantu mendorong piston bergerak ke kanan. Sedangkan minyak dari power silinder sisi kanan masuk ke recervoir melalui orifice x.

4.       Trouble Shooting Power Steering

Permasalahan yang timbul biasanya adalah kemudi/ steer terasa berat sehingga ada indikasi bahwa power steering menjadi salah satu kemungkinan penyebabnya, walaupun bukan merupakan satu-satunya penyebab. Jika ada permasalahan tersebut maka dalam melakukan pemeriksaan sistem power steering adalah sebagai berikut :
1)       Periksa power steering belt (belt pemutar pompa power steering). Jika kondisinya rusak maka harus diganti namun jika hanya kendor/ longgar, lakukanlah penyetelan kekencangan belt-nya (lihat spesifikasi pada workshop manual).
2)       Periksa minyak power steering. Cek jumlah dan kualitas minyak dengan melihat deep stik pada tabung recervoir. Lakukan juga pengecekan terhadap kebocoran yang mungkin terjadi pada pipa/ selang penghubung. Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi terlebih dahulu kebocoran yang terjadi, tambahkan minyak power steering pada recervoir dan lakukan bleeding. Bleeding dilakukan dengan menghidupkan mesin pada 100 rpm, kemudian roda kemudi diputar secara maksimum ke kanan dan ke kiri tiga atau emapat kali. Penggantian minyak dilakukan jika minyak ditemukan sudah
teroksidasi/ berbuih/ berbusa dan atau bahkan sudah ada emulsi. Penggantian minyak dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a)       Naikkan bagian depan kendaraan
b)       Lepaskan pipa pengembalian minyak dari recervoir dan keluarkan minyak
c)       Dengan mesin hidup idling, putarkan roda kemudi maksimum ke kanan dan ke kiri sambil mengeluarkan minyak.
d)       Matikanlah mesin.
e)        Isikan minyak baru ke recervoir.
f)        Hidupkan mesin pada 1000 rpm.
g)       Setelah minyak keluar melalui pipa saluran balik, pastikan bahwa minyak direcervoir selalu penuh dan minyak yang keluar melalui saluran balik tidak bercampur udara.
h)       Pasang kembali pipa pengembalian minyak dari recervoir.
i)         Lakukan pembuangan udara yang kemungkinan masih tersisa (bleeding) dengan cara sebagaimana dijelaskan di atas.
j)        Pastikan bahwa pada saat mesin dimatikan, kenaikan level minyak pada recervoir tidak lebih dari 5 mm.
3)       Periksa tekanan minyak power steering. Dengan menggunakan pressure gauge pastikan bahwa tekanan minyak tidak lebih rendah dari 65 kg/ cm2 pada kondisi maksimum belok dan atau pada saat idle dan saluran pressure gauge diblok (max bloking 10 detik).

      Jika anda ingin melihat selengkapnya bisa klik disini Download untuk mendapatkan filenya. semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar